Dalam era globalisasi dan persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan dituntut untuk lebih efisien dan efektif dalam mengelola sumber daya yang ada. Salah satu solusi yang telah terbukti berhasil adalah outsourcing (sumber). Untuk membahas lebih lanjut mengenai topik ini, kami menghadirkan penjelasan dari Bapak Wing Antariksa, seorang konsultan, praktisi, dan pengajar di bidang SDM yang memiliki pengalaman luas dalam berbagai perusahaan BUMN, swasta nasional, dan multinasional, seperti PAL, PTPN, ASDP, PGN, Telkomsel, Shell, IBM, Nokia, PwC, Ericsson, dan NEC. Profile lengkap Bapak Wing Antariksa di LinkedIn: https://www.linkedin.com/in/wing-antariksa-2059045/
Pendahuluan
Outsourcing adalah strategi yang memungkinkan perusahaan untuk menyerahkan sebagian kegiatan bisnis non-inti kepada pihak ketiga yang lebih kompeten dalam bidang tersebut. Melalui outsourcing, perusahaan dapat fokus pada pengembangan bisnis inti dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Berikut ini adalah lima poin penting yang dijelaskan oleh Bapak Wing Antariksa terkait dengan outsourcing:
Pengertian dan Manfaat Outsourcing
Outsourcing adalah proses menyerahkan sebagian kegiatan bisnis non-inti kepada pihak ketiga yang lebih kompeten dalam bidang tersebut. Dengan menggunakan jasa outsourcing, perusahaan dapat fokus pada pengembangan bisnis inti, lebih kreatif, dan meningkatkan produktivitas.
Perbedaan Job Supply dan Labour Supply
Job supply merupakan bisnis proses yang di-outsource, sementara labour supply adalah penyediaan tenaga kerja. Dalam outsourcing, proses bisnis yang bukan core diserahkan kepada pihak ketiga, baik dalam bentuk job supply maupun labour supply.
Pertimbangan Memilih Perusahaan Outsourcing
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan ketika memilih perusahaan outsourcing antara lain: kesesuaian budget, kompetensi, track record, transparansi, dan kepercayaan. Selain itu, kredibilitas, compliance, kompetensi pekerja, dan scope pekerjaan juga harus menjadi pertimbangan.
Tanggung Jawab Perusahaan Outsourcing
Perusahaan outsourcing harus bertanggung jawab terhadap pengembangan karyawannya, termasuk biaya kesehatan dan pendidikan. Selain itu, mereka harus memastikan hak dan kewajiban karyawan terpenuhi serta memahami kebutuhan pasar dan bisnis mitra kerja.
Kesimpulan: Pentingnya Bekerjasama dengan Perusahaan Outsourcing
Dengan bekerjasama dengan perusahaan outsourcing, perusahaan dapat fokus pada bisnis inti dan menjadikan perusahaan outsourcing sebagai mitra strategis dalam pengembangan bisnis. Hal ini akan membantu perusahaan untuk lebih efisien dan efektif dalam mengelola sumber daya yang dimiliki.
Sebagai penutup, kami mengajak Anda untuk menyimak video penjelasan oleh Bapak Wing Antariksa yang akan memberikan gambaran lebih detail mengenai konsep outsourcing dan bagaimana penerapannya dapat membantu perusahaan untuk berkembang lebih optimal dalam era persaingan bisnis yang semakin ketat. Dapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang outsourcing, mulai dari pengertian, manfaat, hingga tips dalam memilih perusahaan outsourcing yang tepat sebagai mitra strategis dalam pengembangan bisnis Anda.
Dalam video ini, Bapak Wing Antariksa juga akan berbagi pengalaman dan contoh nyata dari perusahaan-perusahaan yang telah berhasil menerapkan konsep outsourcing dalam operasional mereka. Selain itu, beliau juga akan membahas mengenai peraturan pemerintah yang mengatur penerapan outsourcing di Indonesia, seperti PP 35 Tahun 2021, dan pentingnya komunikasi intens antara semua pihak terkait, termasuk asosiasi dan pemerintah, untuk menciptakan praktik outsourcing yang adil dan menguntungkan bagi semua pihak.
Kami percaya bahwa pemahaman yang baik mengenai konsep outsourcing akan membantu perusahaan untuk lebih siap dalam menghadapi tantangan di masa depan, serta memanfaatkan sumber daya yang ada dengan lebih efektif. Oleh karena itu, kami sangat menyarankan Anda untuk menyaksikan video penjelasan oleh Bapak Wing Antariksa ini dan mengambil langkah-langkah strategis dalam menerapkan konsep outsourcing dalam bisnis Anda.
Silakan tonton video penjelasan oleh Bapak Wing Antariksa untuk memperoleh wawasan yang lebih komprehensif mengenai outsourcing dan bagaimana penerapannya dapat menjadi kunci sukses dalam fokus pengembangan bisnis inti perusahaan Anda. Selamat menonton!
Sumber:
Anwar, Sajid, Sizhong Sun and Abbas Valadkhani. “International outsourcing of skill intensive tasks and wage inequality.” Economic Modelling 31 (2013): 590-597.
Duan, Chaojie, Varun Grover and Nagraj Balakrishnan. “Business Process Outsourcing: an event study on the nature of processes and firm valuation.” European Journal of Information Systems 18 (2009): 442-457.
What is the Deloitte Global Outsourcing Survey 2022?
The Deloitte Global Outsourcing Survey 2022 is a comprehensive report that captures the perspectives of nearly 500 executives from global organizations, shedding light on the current trends and future outlook of outsourcing across various industries. (2020 Global Outsourcing Survey | Deloitte US)
This article uses Global Outsourcing Survey 2022 as a source of information, combine with general information that runs throughout the report. Here is some question that gets an answer from it:
How do we evaluate outsourcing vendor performance?
How we improve outsourcing vendor performance?
How do we measure the cost saving of using outsourcing?
These are the question about the Global Outsourcing Survey 2022 to know about report.
Who are the respondents of the Deloitte Global Outsourcing Survey 2022?
The respondents of the Deloitte Global Outsourcing Survey 2022 are executives from a range of industries and geographies. The survey did not provide a specific breakdown of the respondents by industry or geography, but it did note that the respondents represented a mix of large and mid-sized organizations across multiple sectors, including technology, financial services, healthcare, and manufacturing. The survey also noted that the respondents held a range of senior leadership positions within their organizations, including C-suite executives and heads of business units or functions.
What industry sectors are represented in the Deloitte Global Outsourcing Survey 2022?
The Deloitte Global Outsourcing Survey 2022 includes respondents from a range of industry sectors. While the survey did not provide a specific breakdown of the respondents by industry, it noted that the respondents represented a mix of large and mid-sized organizations across multiple sectors. These sectors include technology, financial services, healthcare, and manufacturing, among others. The survey aimed to gather insights on outsourcing trends and practices across industries and geographies to provide a comprehensive view of the outsourcing landscape.
What are the key findings of the Deloitte Global Outsourcing Survey 2022?
The Deloitte Global Outsourcing Survey 2022 provides several key findings on outsourcing trends and practices. Some of the key findings include:
Finding, developing, and keeping the right talent with the right skills at the right price is more elusive than ever.
Third-party delivery models continue evolving to unlock value: Operate Services.
Cybersecurity and data and analytics are the top outsourcing priorities.
Global in-house centers: Internal sourcing with intention is an alternative to third parties.
Evolving from traditional vendor management to holistic ecosystem management.
The survey also notes that organizations are shifting their outsourcing priorities and needs from two years ago due to changes in technologies, ways of working, and borders expanding. The report provides insights into how organizations can navigate these changes to unlock the benefits of outsourcing services effectively.
After knowing the key findings of the Deloitte Global Outsourcing Survey 2022, we want to understand how organizations can effectively navigate the changes in outsourcing. The Deloitte Global Outsourcing Survey 2022 provides several recommendations for organizations looking to navigate changes in outsourcing effectively.
These are some of the questions I looked to get answered from the survey report.
How do we evaluate outsourcing vendor performance?
The Deloitte Global Outsourcing Survey 2022 notes that evaluating outsourcing vendor performance is a critical component of successful outsourcing relationships. The report suggests several key performance indicators (KPIs) that organizations can use to evaluate vendor performance, including:
Service level agreements (SLAs): SLAs are contractual agreements between the organization and the vendor that define the level of service expected from the vendor. Organizations can use SLAs to measure vendor performance against agreed-upon metrics.
Quality metrics: Quality metrics can include measures such as defect rates, error rates, and customer satisfaction scores. These metrics can help organizations evaluate the quality of work delivered by the vendor.
Cost savings: Cost savings are a common reason for outsourcing, and organizations should track actual cost savings achieved through outsourcing to evaluate vendor performance.
Innovation: Vendors can bring new ideas and innovations to an organization, and organizations should track the number of new ideas generated by vendors as well as their impact on business outcomes.
Relationship management: Strong relationships between organizations and vendors are critical for successful outsourcing relationships. Organizations should track factors such as communication effectiveness, issue resolution timeframes, and overall satisfaction with the relationship.
Overall, these KPIs can help organizations evaluate vendor performance across multiple dimensions and ensure that outsourcing relationships are delivering value to the organization.
How we improve outsourcing vendor performance?
The Deloitte Global Outsourcing Survey 2022 suggests several strategies that organizations can use to improve outsourcing vendor performance:
Clearly define expectations: Organizations should clearly define their expectations for vendor performance and communicate these expectations to the vendor. This can include defining SLAs, quality metrics, and other KPIs that will be used to evaluate vendor performance.
Establish regular communication: Regular communication between the organization and the vendor is critical for building a strong relationship and ensuring that issues are addressed promptly. Organizations should establish regular communication channels with vendors, such as weekly or monthly check-ins.
Invest in vendor management capabilities: Effective vendor management capabilities are critical for successful outsourcing relationships. Organizations should invest in developing their vendor management capabilities, including skills such as contract negotiation, relationship management, and performance monitoring.
Provide feedback: Providing feedback to vendors on their performance can help them improve their services and better meet the organization’s needs. Organizations should provide regular feedback to vendors on their performance, both positive and negative.
Foster innovation: Vendors can bring new ideas and innovations to an organization, but this requires a culture of innovation within the organization as well. Organizations should foster a culture of innovation by encouraging new ideas from both internal and external sources.
Overall, these strategies can help organizations improve outsourcing vendor performance by setting clear expectations, establishing effective communication channels, investing in vendor management capabilities, providing feedback, and fostering innovation. By taking these steps, organizations can build strong outsourcing relationships that deliver value to the organization over time.
How do we measure the cost saving of using outsourcing?
The Deloitte Global Outsourcing Survey 2022 suggests several ways that organizations can measure the cost savings of using outsourcing:
Direct cost savings: Direct cost savings are the most straightforward way to measure the financial impact of outsourcing. Organizations can compare the cost of performing a function in-house versus outsourcing it to a vendor to determine the direct cost savings achieved through outsourcing.
Indirect cost savings: Indirect cost savings can be more difficult to measure but can still have a significant impact on an organization’s bottom line. Indirect cost savings can include factors such as increased productivity, reduced cycle times, and improved quality that result from outsourcing.
Opportunity costs: Opportunity costs refer to the benefits that an organization could have achieved by using its resources for other purposes instead of outsourcing. Organizations should consider opportunity costs when evaluating the financial impact of outsourcing.
The total cost of ownership (TCO): TCO is a comprehensive approach to measuring the total costs associated with performing a function in-house versus outsourcing it to a vendor. TCO includes both direct and indirect costs as well as opportunity costs and other factors such as risk management and compliance.
Overall, these approaches can help organizations measure the financial impact of outsourcing and determine whether it is delivering value to the organization over time. By taking a comprehensive approach to measuring cost savings, organizations can make informed decisions about their outsourcing strategies and optimize their use of outsourcing services.
Conclusion
In conclusion, the Deloitte Global Outsourcing Survey 2022 provides valuable insights into how organizations can optimize their outsourcing relationships. Measuring the financial impact of outsourcing is a critical part of this process, and the survey suggests several approaches for doing so. By carefully measuring the direct and indirect cost savings, along with considering opportunity costs and TCO, organizations can determine whether outsourcing is helping them achieve their business goals and delivering value over time.
The survey also highlights the importance of strong vendor relationships and effective contract management in achieving outsourcing success.
Overall, the survey emphasizes that outsourcing can be a powerful tool for organizations seeking to optimize their operations and achieve strategic goals.
Definition:
TCO stands for Total Cost of Ownership. It is a comprehensive approach to measuring the total costs associated with performing a function in-house versus outsourcing it to a vendor. TCO includes both direct and indirect costs as well as opportunity costs and other factors such as risk management and compliance. By taking a TCO approach, organizations can gain a more complete understanding of the financial impact of outsourcing and make informed decisions about their outsourcing strategies.
How much disruption? Deloitte Global Outsourcing Survey 2020
Riset yang dilakukan oleh Deloitte pada tahun 2020 berjudul “Global Outsourcing Survey: How Much Disruption Can the Market Take?” menunjukkan bahwa praktik outsourcing semakin populer dan menjadi lebih penting bagi organisasi untuk meningkatkan efisiensi, dan mencapai tujuan bisnis mereka. Dalam survei global yang dilakukan oleh Deloitte, ditemukan bahwa 70% responden memandang outsourcing sebagai cara untuk meningkatkan efisiensi dan 57% responden menyatakan bahwa mereka menggunakan outsourcing untuk mengurangi biaya operasional.
“What drives the clients’ decisions is cost reduction. If there is no positive cost case, it will not happen. It is always about cost.” Partner, Law firm, EMEA
Pesan penting bagi perusahaan outsourcing adalah pentingnya memperhatikan perubahan tren di pasar dan meningkatkan kualitas layanan yang diberikan. Perusahaan outsourcing harus memastikan bahwa tim karyawan memiliki keahlian dan pengalaman yang tepat, dan memberikan solusi dan layanan yang inovatif dan berkelanjutan.
“Outsourcing as a concept is changing from make it run to make change happen.” Country Lead, Large IT outsourcing service provider
Pesan penting bagi pengguna outsourcing adalah bahwa pemilihan mitra outsourcing yang tepat sangat penting untuk memastikan keberhasilan praktik outsourcing. Selain itu, perusahaan harus memastikan adanya komunikasi yang terbuka dan jelas dengan mitra outsourcing, menetapkan key performance indicators (KPI) yang jelas, dan memastikan kesesuaian antara tujuan bisnis dan layanan yang diberikan oleh perusahaan outsourcing.
Riset ini menarik karena menunjukkan pentingnya praktik outsourcing dalam meningkatkan efisiensi dan mempercepat transformasi digital organisasi. Selain itu, riset ini juga memberikan wawasan tentang tren pasar dan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan outsourcing dan pengguna outsourcing, sehingga dapat membantu perusahaan dan organisasi dalam mengambil keputusan yang lebih baik terkait praktik outsourcing.
“We should have spent more time in getting people (our employees) ready for the change.” CIO, Large US manufacturing company
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Deloitte, tren pasar dan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan outsourcing dan pengguna outsourcing adalah sebagai berikut:
Tren pasar: praktik outsourcing semakin populer dan menjadi lebih penting bagi organisasi untuk mempercepat transformasi digital, meningkatkan efisiensi, dan mencapai tujuan bisnis mereka.
Tantangan: perusahaan outsourcing perlu memperhatikan perubahan tren di pasar dan meningkatkan kualitas layanan yang diberikan. Selain itu, pengguna outsourcing harus memperhatikan pemilihan mitra outsourcing yang tepat dan memastikan adanya komunikasi yang terbuka dan jelas dengan mitra outsourcing.
Pelaksanaan outsourcing yang tepat: dalam mengambil keputusan terkait pelaksanaan outsourcing, perlu mempertimbangkan beberapa hal seperti memilih mitra outsourcing yang tepat, menetapkan key performance indicators (KPI) yang jelas, dan memastikan adanya komunikasi yang terbuka dan jelas dengan mitra outsourcing.
Tujuan lain yang penting: Tujuan lain yang penting dalam praktik outsourcing adalah meningkatkan efisiensi dan fokus pada kegiatan inti bisnis, mengurangi biaya operasional, meningkatkan kualitas layanan, dan mengakses keahlian yang lebih luas.
Dalam mengambil keputusan terkait pelaksanaan outsourcing, perlu mempertimbangkan secara cermat apakah praktik outsourcing sesuai dengan tujuan bisnis organisasi dan apakah mitra outsourcing yang dipilih memenuhi kebutuhan organisasi. Selain itu, perlu memastikan adanya komunikasi yang terbuka dan jelas dengan mitra outsourcing serta menetapkan KPI yang jelas untuk memastikan bahwa praktik outsourcing memberikan manfaat yang diharapkan.
Pada prakteknya di PT Human Capital Global (HCG), selalu ada KPI atau SLA (service level agreement) yang disepakati dan dilaksanakan bersama. Bersama dengan klien kami (pengguna outsourcing) selalu dilakukan evaluasi berkala. Tujuannya adalah perbaikan. Perbaikan ini wajib hukumnya bagi PT HCG, karena motivasi kami menjadi mitra bisnis (business partner).
Satu hal yang juga sangat penting adalah kepatuhan atau compliance. Pastikan perusahaan outsourcing yang bekerja sama patuh pada peraturan yang berlaku. Ada banyak cara mengukur kepatuhan, seperti: bukti lapor ke Dinas terkait, random check slip gaji, random check interview ke karyawan outsourcing, dan beberapa cara lain. Tujuannya membuktikan kepatuhan terlaksana.
“Clients don’t need classic vendor management. They want vendor management that can understand technology, understand the start-up ecosystem, help find solutions for the business, and manage internal stakeholders.” Senior Vice President, Large IT outsourcing service provider
Apakah outsourcing Anda
Sudah berperan sebagai mitra bisnis?
Sudah melaksanakan kepatuhan atau compliance?
Berkomunikasi terbuka terutama tentang pengelolaan tenaga kerja?
Selalu meningkatkan kualitas layanannya?
Tertarik ingin mengetahui lebih banyak mengenai apa yang kami kerjakan? Silakan menghubungi kami di nomor yang tertera di halaman utama.
“Karena saya yakin bahwa membuktikan pelayanan yang bagus bukan berdasarkan award saja.” – JD Darmawan Ardi P
Hari ini, Selasa, tanggal 3 Maret 2020. Sekitar pukul 15.00 WIB. Kami kedatangan tamu yang sangat baik. Tidak tanggung-tanggung, tamu yang datang dari unsur:
Total tamu saya ada 9 orang. Cukup terkejut waktu melihat yang datang sebanyak itu. Sebelumnya memang ada pemberitahuan dari Disnakertrans Prov. Jatim, bahwa di tanggal 3 Maret 2020 akan datang tamu dari Kemnaker. Hanya memang saya dan tim HCG tidak menduga jumlahnya sebanyak itu. Saat diberitahukan mengenai rencana kedatangan tamu, surat tugas sedang disiapkan.
Cuaca sedang agak mendung pada saat para tamu datang. Pas kami sudah duduk di ruang meeting, barulah turun hujan cukup deras.
Ruang meeting kami cukup besar untuk menampung 9 orang tamu, dan 3 orang dari tim HCG, asalkan duduknya mau agak dempet-dempet sedikit. Hitung-hitung, pas hujan, agar lebih hangat juga.
Ruang meeting yang luas (asal mau dempet-dempet)
Aktivitas menyelesaikan maksud dan tujuan kedatangan
Pertemuan dibuka oleh tamu dari Disnakertrans Prov Jatim. Kemudian dilanjutkan oleh tamu dan Kemnaker. Langsung dijelaskan maksud dan tujuan kedatangan mereka dan kemudian terjadilah proses sesuai prosedur. Kami memberikan data yang diperlukan dan tamu dari Kemnaker memberikan arahan yang sangat bermanfaat bagi kami.
Sempat ada diskusi ringan, dan sangat bermanfaat bagi kami.
Sambil menunggu beberapa data yang harus kami lengkapi, kami dan para tamu menyelesaikan daftar hadir dan berita acara. Setelah menyelesaikan daftar hadir dan berita acara, ternyata dokumen yang perlu kami berikan masih membutuhkan waktu sedikit lebih untuk disiapkan. Beruntung saya dibantu oleh tim HCG yang sangat sigap melengkapi dokumen yang dibutuhkan.
Akhirnya selesai juga. Dan pertemuan ditutup dengan saya mengucapkan banyak terima kasih kepada para tamu yang sudah berkenan hadir ke kantor HCG.
Sebagai penutup, saya serahkan satu set Buku Kumpulan Kulgram Rumah MSDM. Saya juga ceritakan kepada para tamu yang dengan rendah hati mau mendengarkan, bahwa buku ini adalah karya dari Rumah MSDM, kelompok belajar dengan value “Memberi dan Berbagi”. Bahwa buku itu adalah kumpulan arsip sharing dari para praktisi dan akademisi yang dibukukan agar dapat dinikmati berupa buku dan dapat memberikan manfaat bagi rekan yang belajar MSDM. MSDM adalah Manajemen Sumber Daya Manusia.
Saya sampaikan juga, bahwa saya terlibat dalam Rumah MSDM, sebagai In Service. Dan pada saat peluncuran buku itu, kami mengundang Bapak Hanif Dhakiri yang saat itu sebagai Menteri Ketenagakerjaan RI.
Memberikan kenang-kenangan berupa Buku Kumpulan Kulgram Rumah MSDM
Para tamu senang dengan pemberian saya. Saya juga sampaikan minta maaf tidak bisa memberikan kenang-kenangan berupa akrilik, piagam, atau souvenir lain. Saya hanya punya buku ini dan saya berikan untuk kenang-kenangan.
Begitulah cerita nya. Tentunya para tamu akhirnya pulang dengan sudah menyelesaikan maksud dan tujuan kedatangan dengan baik. Dan saya tambahkan buku untuk bisa dibawa. Harapan saya bukunya bisa diminati oleh yang lain. Dibaca dan memberikan manfaat.
Kemudian, tujuan saya berbagi tulisan ini adalah sebagai rasa syukur saya. Saya sangat senang para tamu dari berbagai unsur yang terutama sangat berhubungan dengan jenis usaha saya, yaitu outsourcing, berkenan datang ke kantor saya. Berkenan berbagi informasi dan tips. Berkenan menerima pemberian saya.
Saya bersyukur karena punya kesempatan ini. Saya bersyukur para tamu saya berkenan menerima pemberian saya.
Dan saya berharap, kondisi seperti ini bisa terjadi lagi.
Karena bagi saya kedatangan mereka adalah bentuk apresiasi atas apa yang sudah saya kerjakan selama ini. Iya, ada beberapa saran perbaikan. Dan ini juga saya syukuri, karena dari mana lagi saya bisa mengetahui perbaikan apa yang harus saya lakukan kalau bukan dari mereka.
Terima kasih Bapak Ibu tamu yang sudah berkenan hadir. Terima kasih juga untuk tim HCG yang sigap dan siap sedia mendukung kebutuhan maksud dan tujuan para tamu.
Sampai jumpa pada kesempatan berikutnya, dengan perbaikan dari kami.
Karena membuktikan bahwa organisasi ini bisa bekerja dengan baik bukan dari akrilik atau piala.
Pedoman Pelaksanaan
Untuk melaksanakan pemborongan pekerjaan ada 4 langkah utama yang harus diselesaikan, yaitu:
Membuat alur proses yang menentukan pekerjaan core dan non core.
Mencari Asosiasi sektor yang sesuai dengan bidang usaha perusahaan.
Mencari perusahaan alih daya yang dapat melaksanakan pemborongan pekerjaan.
Perusahaan penerima pemborongan pekerjaan mendaftarkan perjanjian pemborongan pekerjaan kepada Dinas Tenaga Kerja setempat.
1. Membuat alur proses dan menentukan pekerjaan core dan non core.
Untuk melaksanakan ini, menurut pengalaman, cara yang pernah dilakukan adalah mengumpulkan para kepala bagian terutama yang paling penting dalam bisnis proses.
Contoh:
Perusahaan manufaktur, maka mengumpulkan para kepala pabrik dan kepala bagian lainnya. Kenapa kepala pabrik? Karena kepala pabrik yang bisa menentukan alur produksi.
Perusahaan sales dan distribusi, maka mengumpulkan kepala bagian penjualan dan kepala bagian lainnya. Kenapa kepala bagian penjualan? Karena kepala bagian penjualan yang lebih tahu proses sales-distribusi dan menentukan alurnya.
Mereka yang terkumpul (kalau diperlukan) dijadikan sebuah tim yang dibentuk khusus untuk menentukan alur ini. Tugas dari tim ini ada menentukan alur produksi dari bahan mentah sampai menjadi barang jadi yang bisa dijual ataupun alur sales-distribusi. Tentukan input-proses-output nya. Hasilnya disepakati bersama dengan pimpinan perusahaan.
Langkah selanjutnya adalah menentukan mana pekerjaan yang core dan mana yang non core. Dalam menentukan ini, bisa mengacu pada panduan dari SE04/MEN/VIII/2013. Berdasarkan pengalaman yang terjadi, langkah menentukan core dan non core juga bisa didiskusikan bersama di dalam asosiasi jika memungkinkan.
2. Mencari Asosiasi sektor yang sesuai dengan bidang usaha perusahaan.
Dalam langkah mencari asosiasi ini akan ada 3 kemungkinan yaitu:
Asosiasi sektor yang dicari ada.
Asosiasi sektor yang dicari belum terbentuk .
Bisnis sektor bersifat tunggal.
2.1. Asosiasi sektor yang dicari ada.
Maka yang selanjutnya kita lakukan adalah mendaftar menjadi anggota asosiasi. Kemudian seperti dijelaskan di langkah-1 tadi bahwa (tergantung asosiasi dan kesepakatan) penentuan core dan non core dapat didiskusikan bersama dalam rapat asosiasi.
Setelah core dan non core ditentukan, Perusahaan mengajukan alur kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang sudah ditentukan core dan non core nya untuk disahkan oleh asosiasi. Hasil yang diperlukan dari proses pengajuan ini adalah Surat Keputusan Asosiasi tentang Pengesahan Alur Kegiatan Pelaksanaan Pekerjaan.
Setelah surat keputusan ini ada, kita harus mencatatkan di Disnaker setempat. Dari proses pelaporan ke Disnaker hasilnya adalah Bukti Pelaporan Jenis Pekerjaan Penunjang.
Jika dituliskan point per point adalah sebagai berikut:
Mendaftar menjadi anggota asosiasi.
Mengajukan permohonan pengesahan kepada asosiasi sektor untuk alur kegiatan pelaksanaan pekerjaan. Outputnya adalah, SK Asosiasi tentang pengesahan alur kegiatan pelaksanaan pekerjaan.
Mencatatkan SK Asosiasi ke Disnasker setempat. Outputnya, Bukti pelaporan jenis pekerjaan penunjang.
2.2. Asosiasi sektor yang dicari belum terbentuk.
Bila asosiasi belum terbentuk, perusahaan bisa membentuk asosiasi sektor. 3 (tiga) perusahaan yang memiliki bidang usaha yang sama bisa membentuk asosiasi. Yang harus diperhatikan dalam membentuk asosiasi adalah:
Membuat akta pendirian asosiasi di depan Notaris. Menurut hukum online akta pendirian memuat sekurang-kurangnya:
Identitas para pendiri (minimal 3 orang atau lebih)
Anggaran Dasar asosiasi
Syarat-syarat keanggotaan
Maksud dan tujuan
Jangka waktu berdirinya asosiasi
Jumlah modal
Susunan organisasi
Kemudian, notaris mengajukan penerbitan surat pengesahan badan hukum dari Kementrian Hukum dan HAM. Setelah surat pengesahaan diterbitkan, asosiasi sudah dapat beroperasi dan langkah yang selanjutnya bisa mengacu ke point 2.1.
Mengajukan pembuatan surat keterangan domisili di Kelurahan setempat.
Mengajukan pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak di kantor pajak setempat.
Langkah 3 dan 4 masih bisa dilengkapi lagi dengan acuan sebagai badan hukum. Misalnya pelaporan pajak dan sebagainya saat asosiasi sudah beroperasi.
2.3. Bisinis Sektor bersifat tunggal
Sesuai dengan yang tertulis dalam SE04/MEN/VIII/2013 untuk bisnis sektor yang bersifat tunggal maka perusahaan bisa membuat alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan yang selanjutnya disampaikan kepada Kementerian dan/atau Lembaga Pembina Sektor untuk ditetapkan sebagai alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan.
3. Mencari perusahaan alih daya yang dapat melaksanakan pemborongan pekerjaan.
Yang perlu diperhatikan untuk mencari perusahaan yang dapat melaksanakan pemborongan pekerjaan:
Berbentuk badan hukum
Memiliki izin perusahaan penerima pemborongan pekerjaan yang dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja
Memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan
Memiliki izin usaha
Memiliki tanda daftar perusahaan
Lebih jelas mengenai pelaksanaan outsourcing yang termasuk di dalamnya adalah perusahaan penyedia jasa pekerja dan perusahaan pemborongan pekerjaan, silakan baca di blogHCG dengan judul Pelaksanaan Outsourcing.
4. Perusahaan penerima pemborongan pekerjaan mendaftarkan perjanjian pemborongan pekerjaan kepada Dinas Tenaga Kerja setempat.
Pada langkah ini tidak ada yang perlu dijelaskan. Pekerjaan yang diterima dan dikerjakan harus dilaporkan kepada Disnaker setempat. Output dari langkah ini adalah Bukti Pendaftaran Perjanjian Pemborongan Pekerjaan.
Semua form yang diperlukan untuk pelaporan ke Disnaker setempat sudah disiapkan template nya dalam SE04/MEN/VIII/2013.
Jika anda memerlukan bantuan atau ada pertanyaan mengenai langkah-langkah pelaksanaan pemborongan pekerjaan silakan kirimkan email ke Ibu Nia Sabrina (Manager Operasional HCG outsourcing) di nia@humancapitalg.com.
HCG outsourcing
Menjadi perusahaan outsourcing yang terpercaya & profesional, patuh dengan hukum & peraturan pemerintah.
Memberikan solusi ketenagakerjaan yang konstruktif dengan tetap mengikuti peraturan ketenagakerjaan,
Menerapkan proses manajemen tenaga outsource dengan cara yang efektif,
Memiliki solusi yang terintegrasi dengan unit bisnis lainnya di bawah HCG (konsultansi, kreatif, training).