Dalam dunia kerja yang serba cepat, kita sering kali terjebak dalam arus tugas-tugas yang mendesak. Ada panggilan telepon yang harus dijawab, email yang harus dibalas, dan meeting yang harus dihadiri. Namun, di tengah hiruk-pikuk itu, apakah kita benar-benar meluangkan waktu untuk hal-hal yang benar-benar penting?
Stephen Covey, dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People, mengajarkan kepada kita pentingnya prinsip “First Things First.” Prinsip ini menekankan bahwa kita harus mengutamakan apa yang penting dalam hidup, bahkan jika itu tidak mendesak. Covey mengelompokkan aktivitas kita ke dalam empat kuadran:
Penting dan Mendesak: Krisis dan masalah mendesak yang perlu diselesaikan segera.
Penting tapi Tidak Mendesak: Aktivitas yang berkontribusi pada tujuan jangka panjang dan pengembangan pribadi.
Tidak Penting tapi Mendesak: Gangguan dan interupsi yang sering kali datang dari luar.
Tidak Penting dan Tidak Mendesak: Aktivitas yang membuang waktu dan tidak memberikan nilai tambah.
Sayangnya, banyak dari kita yang terjebak di kuadran ketiga, menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tampak mendesak namun sebenarnya tidak penting. Akibatnya, hal-hal yang penting tapi tidak mendesak—seperti perencanaan strategis, pengembangan keterampilan, dan membangun hubungan yang bermakna—terabaikan.
Terkadang, kita merasa bahwa menyelesaikan hal-hal mendesak memberikan kepuasan instan—perasaan bahwa kita produktif. Namun, produktivitas tidak selalu berarti efektivitas. Menyelesaikan banyak tugas kecil mungkin membuat kita merasa sibuk, tapi apakah itu membawa kita lebih dekat pada tujuan utama kita?
Bagaimana Memprioritaskan yang Penting?
Evaluasi Aktivitas Anda: Luangkan waktu untuk memetakan aktivitas harian Anda ke dalam empat kuadran Covey. Ini akan membantu Anda mengenali di mana Anda menghabiskan sebagian besar waktu dan energi Anda.
Buat Rencana: Prioritaskan aktivitas di kuadran kedua. Mulailah dengan membuat rencana harian atau mingguan yang memasukkan aktivitas penting namun tidak mendesak.
Belajar untuk Mengatakan “Tidak”: Tidak semua hal mendesak harus segera ditangani. Belajarlah untuk mengatakan “tidak” pada gangguan yang tidak penting, dan fokuskan energi Anda pada apa yang benar-benar penting.
Penutup
Mengutamakan hal yang penting di atas hal yang mendesak tidak hanya akan membuat Anda lebih efektif, tetapi juga lebih puas dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi Anda. Dengan menerapkan prinsip “First Things First,” Anda tidak hanya akan menjadi lebih produktif, tetapi juga lebih proaktif dalam mencapai tujuan jangka panjang.
Semoga artikel ini menjadi sebuah “refresh” positif bagi Anda, mengingatkan kita semua untuk selalu fokus pada apa yang benar-benar penting, dan bukan sekadar mendesak.
Referensi
Stephen Covey, The 7 Habits of Highly Effective People (1989): Buku ini memperkenalkan konsep “First Things First” yang menekankan pentingnya memprioritaskan hal-hal yang penting daripada yang mendesak. Habit ketiga dari Covey ini adalah dasar dari Covey’s Time Management Matrix yang digunakan untuk membagi tugas-tugas berdasarkan urgensi dan kepentingannya.
Quidlo Blog: “Stephen Covey’s Time Management Matrix – 4 Quadrants”: Artikel ini memberikan penjelasan detail tentang empat kuadran dari Covey’s Time Management Matrix, dan bagaimana menerapkannya untuk meningkatkan produktivitas dan keseimbangan kerja-hidup. Sumber.
Mapien Blog: “Get Priorities Straight With Covey’s Time Management Matrix”: Blog ini membahas pentingnya memprioritaskan tugas yang penting dan bagaimana Covey’s Time Management Matrix bisa membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik. Sumber(Mapien).
In today’s global market, many companies face stiff competition and must be creative to remain profitable. One practice that helps companies save on production costs is outsourcing, which involves contracting out some of a company’s business functions to third-party vendors or service providers.
Labor supply is one of the practices that fall under outsourcing. Labor supply involves hiring employees from a third-party vendor or service provider rather than directly hiring them as part of the company’s workforce. This means that a company can contract out some of its mundane or non-core business functions, such as data entry or customer service, to a third-party labor provider, who then hires and manages employees to carry out the tasks.
The differences between outsourcing and labor supply
Outsourcing typically involves hiring a third-party vendor to provide a range of services, while labor supply specifically refers to the practice of contracting out employees from a third-party labor provider. (Amusan, L. et al., 2022)
Labor supply can be considered a subcategory of outsourcing, as it specifically involves the hiring of labor rather than outsourcing a broader range of business functions. (Guerrón-Quintana, P. and Jinnai, R., 2019)
However, outsourcing can also include the contracting out of specialized services such as IT or accounting. In any case, outsourcing and labor supply are both strategies that allow companies to save on production costs while maintaining focus on their core competencies. Labor supply can be a particularly effective outsourcing practice in situations where companies need to quickly scale up or down their workforce, as third-party labor providers can provide flexibility in terms of the number of employees they can hire or lay off based on a client company’s needs.
Which one is more beneficial for the organization
Whether outsourcing or labor supply is more beneficial for an organization depends on various factors such as the size of the company, the nature of its operations, and the company’s specific goals and objectives. Ultimately, it is up to each organization to carefully evaluate its needs and consider the costs and benefits of outsourcing (Suklan, J., Kavčič, K. and Milost, F., 2016)versus labor supply to determine which strategy will be most effective for achieving its desired outcomes.
The strengths and weakness of outsourcing
The strengths of outsourcing are numerous, including the ability to reduce costs, access specialized expertise and technology, improve efficiencies and productivity, and ultimately enhance competitiveness.
One of the main weaknesses of outsourcing, however, is that it can be difficult to maintain quality control and ensure consistent standards when dealing with third-party vendors.
The strengths and weaknesses of labor supply
The strengths of labor supply include the ability to quickly and easily scale up or down a company’s workforce based on changing needs, as well as the flexibility to negotiate contracts with third-party labor providers. However, one of the main weaknesses is a lack of control over employee training and development, as well as potential issues around worker engagement and loyalty when there is a lack of direct employment relationship between workers and the client company.
Analysis steps before deciding on outsourcing or labor supply
Before deciding whether to pursue outsourcing or labor supply as a strategy, companies need to conduct a careful analysis of their operations and evaluate factors such as the level of demand for their products or services, the availability of skilled labor in their industry and geographic location, as well as cost considerations such as taxes and wages. It is important to also consider potential risks and challenges associated with each approach, such as legal and regulatory issues, language barriers in offshore outsourcing, and communication challenges when coordinating with third-party labor suppliers in a global supply chain.
Summary
In summary, labor supply is a form of outsourcing that can provide significant advantages for companies in terms of flexibility and cost savings.
However, it is crucial for organizations to carefully consider the potential strengths and weaknesses of both outsourcing and labor supply before implementing a specific strategy. It is recommended that companies conduct a thorough analysis of their business needs and thoroughly research potential vendors before engaging in outsourcing or labor supply.
References
Amusan, L. et al. (2022) “Re-strengthening the Adoption of Outsourcing Concept in Construction Firms: Issues and Challenges,” Iop Conference Series Earth and Environmental Science, 1054(1),p. 012044. Available at: https://doi.org/10.1088/1755-1315/1054/1/012044.
Guerrón-Quintana, P. and Jinnai, R. (2019) “Financial frictions, trends, and the great recession,” Quantitative Economics, 10(2),p. 735-773. Available at: https://doi.org/10.3982/qe702.
Suklan, J., Kavčič, K. and Milost, F. (2016) “Outsourcing Logistics Activities: Evidence from Slovenia,” Promet – Traffic&transportation, 28(6),p. 575-581. Available at: https://doi.org/10.7307/ptt.v28i6.2042.
Danzer, A., Feuerbaum, C. and Gaessler, F. (2020) “Labor Supply and Automation Innovation,” SSRN Journal, 20(09),p. 68. Available at: https://doi.org/10.2139/ssrn.3642594.
Stephen Covey, dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People, memperkenalkan konsep yang kuat untuk pengembangan diri dan efektivitas dalam menjalani kehidupan pribadi maupun profesional. Kebiasaan-kebiasaan ini mengajarkan prinsip-prinsip mendasar yang dapat membantu seseorang mencapai keseimbangan, produktivitas, dan kepuasan hidup. Berikut adalah rangkuman singkat dari 7 kebiasaan tersebut:
Bersikap Proaktif (Be Proactive) Kebiasaan pertama mengajarkan pentingnya tanggung jawab pribadi. Orang yang proaktif fokus pada hal-hal yang bisa mereka kendalikan, dan tidak membuang waktu atau energi pada situasi yang berada di luar kendali. Dengan menjadi proaktif, kita dapat membuat keputusan dengan penuh kesadaran daripada bereaksi secara impulsif terhadap situasi.
Mulai dengan Akhir dalam Pikiran (Begin with the End in Mind) Covey mengajarkan bahwa efektivitas dimulai dengan visi yang jelas tentang tujuan hidup kita. Dengan memahami apa yang ingin kita capai, kita bisa merencanakan langkah-langkah untuk mencapainya dan memastikan setiap tindakan selaras dengan visi jangka panjang kita.
Dahulukan yang Utama (Put First Things First) Penting untuk menetapkan prioritas berdasarkan pentingnya, bukan mendahulukan hal-hal yang sekadar mendesak. Habit ini menekankan pentingnya manajemen waktu yang baik dengan memastikan bahwa kegiatan yang membawa dampak besar pada tujuan jangka panjang kita selalu menjadi prioritas.
Berpikir Menang-Menang (Think Win-Win) Dalam hubungan profesional dan pribadi, Covey mendorong pendekatan “menang-menang” di mana kedua pihak memperoleh keuntungan. Berpikir menang-menang berarti mencari solusi yang bermanfaat untuk semua pihak yang terlibat, alih-alih melihat interaksi sebagai kompetisi.
Pahami Dahulu, Baru Dipahami (Seek First to Understand, Then to Be Understood) Mendengarkan dengan empati adalah inti dari kebiasaan ini. Sebelum kita mencoba untuk dipahami oleh orang lain, penting untuk terlebih dahulu memahami perspektif, perasaan, dan kebutuhan mereka. Dengan cara ini, kita dapat berkomunikasi lebih efektif dan membangun hubungan yang lebih dalam.
Bersinergi (Synergize) Sinergi adalah hasil dari kerja sama tim yang efektif. Dengan menggabungkan kekuatan dan keterampilan yang berbeda, kita dapat menciptakan hasil yang jauh lebih besar daripada yang bisa dicapai sendirian. Ini tentang menghargai perbedaan dan bekerja sama menuju tujuan bersama.
Asah Gergaji (Sharpen the Saw) Kebiasaan terakhir mengingatkan kita untuk terus memperbarui diri secara fisik, mental, sosial, dan spiritual. Seperti gergaji yang perlu diasah agar tetap tajam, manusia juga perlu meluangkan waktu untuk merawat dan mengembangkan diri agar tetap produktif dan seimbang.
Dengan menerapkan 7 Habits ini dalam kehidupan sehari-hari, seseorang bisa menjadi lebih efektif dalam mencapai tujuannya, membangun hubungan yang lebih baik, serta menjalani hidup yang lebih bermakna dan seimbang.
Liputan Kegiatan Book Launch & Social Gathering. Surabaya, 13 Juli 2024—Kabar baik datang dari salah satu pemerhati dan pelaku outsourcing yang telah meluncurkan buku keduanya bertajuk, How & Why: Pelaksanaan Outsourcing sebagai Strategi untuk Mendukung Pertumbuhan Bisnis. JD Darmawan Ardi Priyonggo menyelesaikan karyanya ini sebagai bentuk kontribusi atas segala pertanyaan dan pengalamannya berkecimpung belasan tahun di dunia outsourcing.
Bertempat di Botanika Resto, launching kali ini dihadiri oleh sederet undangan dari berbagai latar belakang. Mulai dari Hasan Mangale (Kepala Bidang Hubungan Industrial & Jamsos Disnakertrans Jawa Timur), Endi Alim Abdi Nusa (Kepala Biro PBJ Bappeda Provinsi Jawa Timur), Indria Ratna Hapsari (Head of HR Country Services Indonesia & Singapore – Tetra Pak), Wing Antariksa (Chief Human Resources Officer PT Blue Bird Tbk), Sandra Kosasih (Advisor – Sinar Mas Land), Urbanus Nangoy (Vice President at Karyamas Plantation), Bambang Yapri (Human Capital Director PT Bina Karya Prima), Adam Armansyah (Senior Principal – Korn Ferry), Didik Prasetiyono (Presdir PT SIER), David MinG (Direktur Penerbit Litera Mediatama), dan beberapa kerabat serta kolega lainnya.
Dokumentasi. Penulis Bersama Bambang Yapri, Wing Antariksa, Urbanus Nangoy, Adam Armansyah, Sandra Kosasih, Indria Ratna Hapsari
Momen launching ditandai dengan penyerahan buku kepada sang ibunda tercinta dan disambung dengan talkshow yang menjadi inti acara. Dipandu oleh Arif Pribadi (RRI), diskusi mengalir santai mengupas hal-hal menarik dan patut digarisbawahi dari buku ini. Tampak audiens antusias sambil turut menyimak buku yang sebelumnya telah dibagikan.
Dokumentasi. Penulis bersama David MinG, dan Arif Pribadi.
Lebih lanjut, Endi memberikan apresiasi terhadap terbitnya karya literasi ini karena mampu membangun bangsa.
“Harapan saya buku ini bisa menjadi alat para decision maker perusahaan untuk membuat keputusan yang tepat dan terukur sebelum memutuskan menggunakan outsourcing. Saya sudah menyederhanakannya dalam sebuah score card yang nantinya bisa diisi dan ditimbang mana yang bobotnya terbanyak,” ujar JD Darmawan yang akrab disapa Denny ini.
Apa yang disampaikan oleh Denny mendapatkan tanggapan yang menarik dari para hadirin, terlebih mereka yang hadir juga erat kaitannya dengan bidang ini.
“Sangat setuju apa yang disampaikan Pak Denny dalam buku ini. Saya pikir justru pemerintah yang seharusnya menghadirkan edukasi ini. Karena fakta di lapangan banyak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan praktik ini. Artinya buku ini telah membantu pemerintah mensosialisasikan praktik yang benar dari outsourcing,” ujar Hasan Mangale (Kepala Bidang Hubungan Industrial & Jamsos Disnakertrans Jawa Timur).
Dokumentasi. Bapak Hasan Mangale.
Indria Ratna Hapsari (Head of HR Country Services Indonesia & Singapore – Tetra Pak), saat berdiskusi dengan moderator juga menyampaikan bahwa perusahaannya mengimplementasikan praktik outsourcing dan karyawan outsourcing mendapat jaminan asuransi kesehatan selain BPJS kesehatan. Selain itu, karyawan outsourcing juga mendapatkan bonus berdasarkan performance perusahaan dan performance individual.
Ketika ditanya lagi oleh Arif Pribadi (moderator) “Apa enggak rugi itu perusahaan memberikan seperti itu?” Indria menjawab dengan singkat dan jelas “Kan sudah dihitung”. Penjelasan Indria ini sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh penulis di bukunya.
Satu lagi tanggapan diberikan oleh Wing Antariksa (Chief Human Resources Officer PT Blue Bird Tbk) yang mengaku tertarik saat membaca buku How & Why pada bagian penjelasan persepsi yang kurang tepat mengenai outsourcing. Dirinya sangat setuju bahwa outsourcing bukanlah cost cutting melainkan cost efficiency dengan catatan tujuannya jelas dan telah diperhitungkan sebelum memutuskannya.
Terakhir, Denny memberikan kunci sukses pelaksanaan outsourcing, yakni ketika user atau perusahaan pengguna paham seperti apa kebutuhannya dan sejauh mana mereka ingin bertumbuh.
Outsourcing: Optimalisasi Produktivitas dengan Menggunakan Outsourcing Dilihat dari Sudut Pandang Laporan Keuangan
Strategi bisnis yang sejauh ini paling ampuh adalah fokus pada kegiatan utama. Sehingga Outsourcing merupakan solusi. Kegiatan penunjang bisa diserahkan kepada perusahaan Outsourcing.
Melihat pelaksanaan outsourcing dari sudut pandang laporan keuangan membuat kita menjadi mudah memahami apakah fokus bisnis kita saat ini sudah kepada kegiatan utama atau masih ada kegiatan penunjang yang belum kita pindahkan ke pihak yang lebih profesional untuk mengelolanya, perusahaan outsourcing.
Bagaimana melihat strategi outsourcing ini dari sudut pandang laporan keuangan perusahaan?
Pengaruh Outsourcing terhadap Income Statement
Outsourcing mengubah komponen pencatatan dalam Income Statement. Biaya tenaga kerja yang sebelumnya muncul dalam Operating Expenses kini terintegrasi ke dalam Cost of Goods Sold (COGS) atau Cost of Revenue (COR) ketika outsourcing diterapkan.
Ilustrasi Pencatatan Income Statement:
Tanpa Outsourcing:
– Pendapatan: $1,000,000
– COGS: $400,000 – Biaya Bahan Baku: $350,000 – Biaya lain: $50,000
– Gross Profit: $600,000
– Operating Expenses: $300,000 – Biaya Tenaga Kerja (karyawan inti + non-inti): $250,000 – Biaya Administrasi: $50,000
– Net Profit: $300,000
Dengan Outsourcing:
– Pendapatan: $1,000,000
– COGS: $600,000 – Biaya Bahan Baku: $350,000 – Biaya lain: $50,000 – Biaya Outsourcing (tenaga kerja non-inti): $200,000 (belum manajemen fee)
– Gross Profit: $400,000
– Operating Expenses: $100,000 – Biaya Tenaga Kerja (hanya karyawan inti): $50,000 – Biaya Administrasi: $50,000
– Net Profit: $300,000
Jadi hanya pindah “post” saja? Iya, untuk jangka pendek, dan hal ini adalah indikasi apakah bisnis Anda fokus pada kegiatan utama atau belum. Pelaksanaan Outsourcing tidak memberikan direct impact penghematan biaya. Potesi yang dihasilkan jauh lebih besar. Growth.
Poin Utama:
Efisiensi Biaya: Dengan outsourcing, perusahaan dapat mengalokasikan sumber daya untuk bisnis inti. Walaupun COGS meningkat karena biaya outsourcing, Operating Expenses berkurang signifikan.
Fokus pada Bisnis Utama: Perusahaan dapat fokus sepenuhnya pada peningkatan revenue, tanpa terbebani oleh manajemen tenaga kerja non-inti.
Beberapa hal memang perlu menjadi pertimbangan sebelum melaksanakan kerjasama dengan perusahaan Outsourcing. Mengenai bagaimana memilih vendor outsourcing yang baik, artikelnya dapat di baca di sini.
Memutuskan untuk melaksanakan outsourcing dan bekerjasama dengan vendor yang kurang tepat tentu saja bukan menjadi solusi, melainkan menambah permasalahan dan potensi permasalahan. Perhatikan hal ini.
Agar optimalisasi terjadi, kita dapat melakukan analisa SWOT, berikut adalah analisa SWOT menerapkan strategi outsourcing.
Analisis SWOT Strategi Outsourcing:
Strengths (Kekuatan): Fokus pada core business, efisiensi biaya, dan manajemen SDM yang lebih ringkas.
Weaknesses (Kelemahan): Ketergantungan pada vendor outsourcing dan potensi komunikasi yang kurang efektif.
Opportunities (Peluang): Peluang ekspansi bisnis dengan biaya operasional yang lebih rendah dan akses ke teknologi atau keahlian spesifik melalui vendor outsourcing.
Threats (Ancaman): Fluktuasi biaya jasa outsourcing dan potensi perubahan regulasi yang mempengaruhi operasional.
Dengan melihat ilustrasi di atas, jelas bahwa strategi outsourcing membawa perubahan pada struktur laporan keuangan, khususnya Income Statement. Dan perubahan di Income Statement ini mencerminkan apakah organisasi bisnis kita sudah fokus pada kegiatan utama atau belum.
Namun, sebelum memutuskan untuk mengadopsi strategi ini, perusahaan harus memahami semua aspek, risiko, dan potensi keuntungan yang mungkin didapat.
Salah satu sumber lain yang memberikan pengetahuan mengenai outsourcing. Artikel OCBC.
Dalam sebuah organisasi, baik besar maupun kecil, komunikasi memainkan peran vital dalam memastikan setiap komponen berfungsi secara harmonis. Dari jajaran direktur hingga staf di lapangan, komunikasi yang efektif dan efisien adalah kunci untuk memastikan organisasi mencapai tujuannya dengan lancar. Komunikasi yang baik tidak hanya menyangkut penyampaian informasi, tetapi juga melibatkan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana pesan diterima dan ditindaklanjuti oleh semua pihak.
Kenapa Komunikasi Begitu Kritis?
Menghindari Kesalahpahaman Komunikasi yang jelas memastikan setiap anggota organisasi memiliki pemahaman yang sama mengenai tujuan, tanggung jawab, dan ekspektasi yang ada. Dengan begitu, risiko kesalahpahaman yang dapat mengganggu operasional dan menghambat produktivitas dapat diminimalkan. Ketika semua orang memahami apa yang diharapkan dari mereka, mereka bisa bekerja lebih efektif.
Membangun Hubungan yang Kuat Komunikasi tidak hanya berfungsi sebagai media penyampaian pesan, tetapi juga sebagai sarana membangun hubungan yang kokoh antara anggota organisasi. Melalui komunikasi yang rutin dan bermakna, kepercayaan dan saling menghargai di antara anggota tim dapat tumbuh dengan kuat. Komunikasi yang baik membantu memperkuat rasa memiliki dalam sebuah tim.
Mendorong Partisipasi Aktif Ketika informasi disampaikan dengan jelas dan transparan, setiap anggota organisasi akan merasa terlibat dan dihargai. Hal ini mendorong mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam diskusi, pengambilan keputusan, dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan organisasi. Keterbukaan dalam komunikasi menciptakan iklim yang inklusif dan mendukung.
Membantu Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik Komunikasi yang efektif memungkinkan informasi mengalir dengan lancar dari satu divisi ke divisi lain. Dengan informasi yang akurat dan tepat waktu, para pemimpin dapat membuat keputusan yang lebih baik dan responsif terhadap situasi yang dihadapi. Kualitas keputusan yang diambil berbanding lurus dengan kualitas komunikasi yang ada.
Meningkatkan Moral Karyawan Komunikasi yang terbuka dan dua arah tidak hanya meningkatkan rasa dihargai di kalangan karyawan, tetapi juga memberikan rasa memiliki. Ketika karyawan merasa didengar dan dihargai, semangat kerja mereka meningkat, begitu pula loyalitas dan komitmen mereka terhadap organisasi.
Komunikasi di Semua Tingkatan
Komunikasi yang baik tidak hanya menjadi tanggung jawab satu pihak saja. Di setiap tingkatan organisasi, dari manajemen puncak hingga karyawan di garis depan, komunikasi efektif adalah kunci. Direktur perlu berkomunikasi dengan manajemen dan karyawan, begitu juga sebaliknya. Sebuah organisasi yang berfungsi dengan baik adalah organisasi di mana setiap lapisan dapat berkomunikasi secara terbuka dan saling mendukung.
Kesimpulan
Komunikasi adalah nadi yang menggerakkan setiap organisasi. Tanpa komunikasi yang baik, tujuan organisasi sulit tercapai dan potensi konflik akan meningkat. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap anggota organisasi, tanpa memandang posisinya, untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi yang efektif.
Mari kita semua mengakui pentingnya komunikasi yang jernih, terbuka, dan konstruktif demi mendorong kemajuan bersama serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik.
Menjadi Mitra Terbaik dan Manfaatkan Tren Terbaru!
Outsourcing telah menjadi pilihan yang semakin populer bagi organisasi yang ingin meningkatkan efisiensi dan produktivitas bisnis mereka. Namun, sebelum memulai, penting untuk memahami manfaat outsourcing dan bagaimana menjadi mitra outsourcing yang baik.
Manfaat Outsourcing
Outsourcing dapat memberikan beberapa manfaat bagi organisasi, seperti penghematan biaya, akses ke keterampilan dan keahlian khusus, fleksibilitas dan skalabilitas yang lebih baik, serta peningkatan efisiensi. Namun, manfaat outsourcing dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan dan situasi spesifik dari setiap organisasi.
Survey Deloitte Global Outsourcing 2022
Untuk memberikan wawasan tentang tren dan praktik terbaik dalam outsourcing, Deloitte melakukan survey dengan mengumpulkan input dari lebih dari 400 eksekutif dari berbagai industri dan wilayah di seluruh dunia. Hasil survey ini memberikan beberapa pesan bermanfaat bagi organisasi yang ingin memanfaatkan outsourcing untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas bisnis mereka.
Siapa Yang Mengisi Survey? Survey Deloitte Global Outsourcing 2022 dilakukan dengan mengumpulkan input dari lebih dari 400 eksekutif dari berbagai industri dan wilayah di seluruh dunia. Para partisipan survey ini termasuk eksekutif tingkat C-suite, pemimpin senior, dan manajer yang terlibat dalam keputusan dan strategi outsourcing di organisasi mereka.
Industri Apa Saja Yang Mengisi Survey?
Survey ini mencakup input dari eksekutif dari berbagai industri, termasuk teknologi, kesehatan, jasa keuangan, produk konsumen, dan energi. Survey ini bertujuan untuk menangkap wawasan dari berbagai industri dan wilayah di seluruh dunia.
Bagaimana Menjadi Mitra Outsourcing Yang Baik?
Menjadi mitra outsourcing yang baik membutuhkan kombinasi faktor, termasuk komunikasi yang jelas, kemampuan manajemen vendor yang kuat, dan fokus pada hasil daripada hanya penghematan biaya. Berikut adalah beberapa tips untuk menjadi mitra outsourcing yang baik:
Tentukan tujuan yang jelas sebelum melaksanakan outsourcing.
Pilih vendor yang tepat berdasarkan keahlian, pengalaman, dan kesesuaian budaya.
Tetapkan saluran komunikasi yang jelas dan protokol dengan vendor Anda.
Kembangkan kemampuan manajemen vendor yang kuat untuk memastikan kolaborasi dan keselarasan yang efektif.
Fokus pada hasil untuk mendorong nilai dari hubungan outsourcing.
Beberapa pesan kunci dari Survey Deloitte Global Outsourcing 2022 meliputi kebutuhan akan pemikiran strategis dan kolaborasi yang efektif dalam hubungan outsourcing, pentingnya menemukan, mengembangkan, dan mempertahankan bakat dengan keterampilan yang tepat, serta munculnya model pengiriman dan opsi sourcing baru.
Kesimpulan
Outsourcing dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi organisasi yang ingin meningkatkan efisiensi dan produktivitas bisnis mereka. Namun, penting untuk memahami manfaat outsourcing yang spesifik untuk organisasi Anda dan bagaimana menjadi mitra outsourcing yang baik. Survey Deloitte Global Outsourcing 2022 memberikan wawasan dan pesan bermanfaat bagi organisasi yang ingin memanfaatkan outsourcing untuk mencapai tujuan bisnis mereka. Dengan memperhatikan pesan kunci dari survey ini, organisasi dapat mengembangkan strategi outsourcing yang efektif dan relevan dengan kebutuhan bisnis mereka.
Pendahuluan:
Dalam era globalisasi dan persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan dituntut untuk lebih efisien dan fokus pada kompetensi inti mereka. Salah satu solusi yang kian populer adalah outsourcing atau alih daya. Untuk membahas lebih dalam mengenai topik ini, kami berguru kepada Bapak Achmad Ruky, seorang praktisi manajemen dan pakar bidang sumber daya manusia, yang memiliki pengalaman di berbagai perusahaan ternama seperti Goodyear Indonesia, Indofood Interna Corporation, Semen Cibinong, Mercedes Benz Group, dan Krakatau Steel. Beliau juga merupakan penulis produktif dan salah seorang pendiri Perhimpunan Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia (PMSM Indonesia). Profile lengkap di LinkedIn: https://www.linkedin.com/in/achmad-s-ruky-dr-mba-drs-12307454/
Berikut ini adalah lima poin penting yang disampaikan oleh Bapak Achmad Ruky dalam penjelasan ke kami mengenai outsourcing:
Definisi dan Contoh Penerapan Outsourcing
Outsourcing adalah suatu praktik dimana perusahaan memanfaatkan sumber daya, baik barang maupun jasa, dari pihak di luar perusahaan untuk mendukung operasional mereka. Tujuannya adalah agar perusahaan dapat fokus pada kegiatan inti dan lebih efisien. Contoh penerapan outsourcing meliputi desain produk, pengelolaan stok dan pergudangan, serta pengamanan.
Keuntungan Menggunakan Outsourcing
Salah satu keuntungan utama menggunakan outsourcing adalah time saving dan cost saving. Dengan mengalihdayakan pekerjaan yang tidak menjadi kompetensi inti, perusahaan dapat fokus pada hal-hal strategis yang lebih penting dan meningkatkan efisiensi operasional mereka.
Jenis Pekerjaan yang Bisa Di-Outsource
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 dan Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 2021, hampir semua jenis pekerjaan bisa di-outsource atau dialihdayakan, tergantung pada kebutuhan sektor industri. Ini menciptakan peluang besar bagi perusahaan jasa outsourcing.
Menjadi Perusahaan Outsourcing yang Tepat
Untuk menjadi perusahaan outsourcing yang sukses, perusahaan harus dikelola secara profesional dan menampilkan integritas yang tinggi. Selain itu, perusahaan outsourcing harus memahami kebutuhan klien mereka secara spesifik dan menyediakan tenaga kerja yang kompeten serta bertanggung jawab.
Pembagian Tanggung Jawab antara Perusahaan Pengguna dan Perusahaan Outsourcing
Pembagian tanggung jawab harus jelas dalam kontrak antara perusahaan pengguna dan perusahaan outsourcing. Hal ini meliputi tanggung jawab atas kecelakaan di tempat kerja maupun dalam perjalanan menuju tempat kerja, serta pengelolaan pekerja yang ditempatkan.
Kesimpulan:
Outsourcing merupakan solusi yang efektif bagi perusahaan dalam menghadapi tantangan globalisasi dan persaingan bisnis. Dengan memanfaatkan jasa outsourcing yang tepat, perusahaan dapat fokus pada kegiatan inti mereka, meningkatkan efisiensi, dan mencapai keberhasilan jangka panjang. Penting bagi perusahaan untuk memilih penyedia jasa outsourcing yang profesional dan memiliki integritas tinggi. Melalui penjelasan ini, Bapak Achmad Ruky berbagi wawasan berharga mengenai pentingnya outsourcing dan strategi sukses dalam memilih perusahaan penyedia jasa yang tepat. Kami berharap pembaca dan penonton dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam mengenai topik ini dan menerapkan strategi yang tepat dalam bisnis mereka.
Saksikan penjelasan eksklusif Bapak Achmad Ruky, yang lebih detail dan memberikan panduan berharga bagi perusahaan yang ingin memanfaatkan outsourcing untuk mencapai keberhasilan jangka panjang.
Dalam era globalisasi dan persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan dituntut untuk lebih efisien dan efektif dalam mengelola sumber daya yang ada. Salah satu solusi yang telah terbukti berhasil adalah outsourcing (sumber). Untuk membahas lebih lanjut mengenai topik ini, kami menghadirkan penjelasan dari Bapak Wing Antariksa, seorang konsultan, praktisi, dan pengajar di bidang SDM yang memiliki pengalaman luas dalam berbagai perusahaan BUMN, swasta nasional, dan multinasional, seperti PAL, PTPN, ASDP, PGN, Telkomsel, Shell, IBM, Nokia, PwC, Ericsson, dan NEC. Profile lengkap Bapak Wing Antariksa di LinkedIn: https://www.linkedin.com/in/wing-antariksa-2059045/
Pendahuluan
Outsourcing adalah strategi yang memungkinkan perusahaan untuk menyerahkan sebagian kegiatan bisnis non-inti kepada pihak ketiga yang lebih kompeten dalam bidang tersebut. Melalui outsourcing, perusahaan dapat fokus pada pengembangan bisnis inti dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Berikut ini adalah lima poin penting yang dijelaskan oleh Bapak Wing Antariksa terkait dengan outsourcing:
Pengertian dan Manfaat Outsourcing
Outsourcing adalah proses menyerahkan sebagian kegiatan bisnis non-inti kepada pihak ketiga yang lebih kompeten dalam bidang tersebut. Dengan menggunakan jasa outsourcing, perusahaan dapat fokus pada pengembangan bisnis inti, lebih kreatif, dan meningkatkan produktivitas.
Perbedaan Job Supply dan Labour Supply
Job supply merupakan bisnis proses yang di-outsource, sementara labour supply adalah penyediaan tenaga kerja. Dalam outsourcing, proses bisnis yang bukan core diserahkan kepada pihak ketiga, baik dalam bentuk job supply maupun labour supply.
Pertimbangan Memilih Perusahaan Outsourcing
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan ketika memilih perusahaan outsourcing antara lain: kesesuaian budget, kompetensi, track record, transparansi, dan kepercayaan. Selain itu, kredibilitas, compliance, kompetensi pekerja, dan scope pekerjaan juga harus menjadi pertimbangan.
Tanggung Jawab Perusahaan Outsourcing
Perusahaan outsourcing harus bertanggung jawab terhadap pengembangan karyawannya, termasuk biaya kesehatan dan pendidikan. Selain itu, mereka harus memastikan hak dan kewajiban karyawan terpenuhi serta memahami kebutuhan pasar dan bisnis mitra kerja.
Kesimpulan: Pentingnya Bekerjasama dengan Perusahaan Outsourcing
Dengan bekerjasama dengan perusahaan outsourcing, perusahaan dapat fokus pada bisnis inti dan menjadikan perusahaan outsourcing sebagai mitra strategis dalam pengembangan bisnis. Hal ini akan membantu perusahaan untuk lebih efisien dan efektif dalam mengelola sumber daya yang dimiliki.
Sebagai penutup, kami mengajak Anda untuk menyimak video penjelasan oleh Bapak Wing Antariksa yang akan memberikan gambaran lebih detail mengenai konsep outsourcing dan bagaimana penerapannya dapat membantu perusahaan untuk berkembang lebih optimal dalam era persaingan bisnis yang semakin ketat. Dapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang outsourcing, mulai dari pengertian, manfaat, hingga tips dalam memilih perusahaan outsourcing yang tepat sebagai mitra strategis dalam pengembangan bisnis Anda.
Dalam video ini, Bapak Wing Antariksa juga akan berbagi pengalaman dan contoh nyata dari perusahaan-perusahaan yang telah berhasil menerapkan konsep outsourcing dalam operasional mereka. Selain itu, beliau juga akan membahas mengenai peraturan pemerintah yang mengatur penerapan outsourcing di Indonesia, seperti PP 35 Tahun 2021, dan pentingnya komunikasi intens antara semua pihak terkait, termasuk asosiasi dan pemerintah, untuk menciptakan praktik outsourcing yang adil dan menguntungkan bagi semua pihak.
Kami percaya bahwa pemahaman yang baik mengenai konsep outsourcing akan membantu perusahaan untuk lebih siap dalam menghadapi tantangan di masa depan, serta memanfaatkan sumber daya yang ada dengan lebih efektif. Oleh karena itu, kami sangat menyarankan Anda untuk menyaksikan video penjelasan oleh Bapak Wing Antariksa ini dan mengambil langkah-langkah strategis dalam menerapkan konsep outsourcing dalam bisnis Anda.
Silakan tonton video penjelasan oleh Bapak Wing Antariksa untuk memperoleh wawasan yang lebih komprehensif mengenai outsourcing dan bagaimana penerapannya dapat menjadi kunci sukses dalam fokus pengembangan bisnis inti perusahaan Anda. Selamat menonton!
Sumber:
Anwar, Sajid, Sizhong Sun and Abbas Valadkhani. “International outsourcing of skill intensive tasks and wage inequality.” Economic Modelling 31 (2013): 590-597.
Duan, Chaojie, Varun Grover and Nagraj Balakrishnan. “Business Process Outsourcing: an event study on the nature of processes and firm valuation.” European Journal of Information Systems 18 (2009): 442-457.
What is the Deloitte Global Outsourcing Survey 2022?
The Deloitte Global Outsourcing Survey 2022 is a comprehensive report that captures the perspectives of nearly 500 executives from global organizations, shedding light on the current trends and future outlook of outsourcing across various industries. (2020 Global Outsourcing Survey | Deloitte US)
This article uses Global Outsourcing Survey 2022 as a source of information, combine with general information that runs throughout the report. Here is some question that gets an answer from it:
How do we evaluate outsourcing vendor performance?
How we improve outsourcing vendor performance?
How do we measure the cost saving of using outsourcing?
These are the question about the Global Outsourcing Survey 2022 to know about report.
Who are the respondents of the Deloitte Global Outsourcing Survey 2022?
The respondents of the Deloitte Global Outsourcing Survey 2022 are executives from a range of industries and geographies. The survey did not provide a specific breakdown of the respondents by industry or geography, but it did note that the respondents represented a mix of large and mid-sized organizations across multiple sectors, including technology, financial services, healthcare, and manufacturing. The survey also noted that the respondents held a range of senior leadership positions within their organizations, including C-suite executives and heads of business units or functions.
What industry sectors are represented in the Deloitte Global Outsourcing Survey 2022?
The Deloitte Global Outsourcing Survey 2022 includes respondents from a range of industry sectors. While the survey did not provide a specific breakdown of the respondents by industry, it noted that the respondents represented a mix of large and mid-sized organizations across multiple sectors. These sectors include technology, financial services, healthcare, and manufacturing, among others. The survey aimed to gather insights on outsourcing trends and practices across industries and geographies to provide a comprehensive view of the outsourcing landscape.
What are the key findings of the Deloitte Global Outsourcing Survey 2022?
The Deloitte Global Outsourcing Survey 2022 provides several key findings on outsourcing trends and practices. Some of the key findings include:
Finding, developing, and keeping the right talent with the right skills at the right price is more elusive than ever.
Third-party delivery models continue evolving to unlock value: Operate Services.
Cybersecurity and data and analytics are the top outsourcing priorities.
Global in-house centers: Internal sourcing with intention is an alternative to third parties.
Evolving from traditional vendor management to holistic ecosystem management.
The survey also notes that organizations are shifting their outsourcing priorities and needs from two years ago due to changes in technologies, ways of working, and borders expanding. The report provides insights into how organizations can navigate these changes to unlock the benefits of outsourcing services effectively.
After knowing the key findings of the Deloitte Global Outsourcing Survey 2022, we want to understand how organizations can effectively navigate the changes in outsourcing. The Deloitte Global Outsourcing Survey 2022 provides several recommendations for organizations looking to navigate changes in outsourcing effectively.
These are some of the questions I looked to get answered from the survey report.
How do we evaluate outsourcing vendor performance?
The Deloitte Global Outsourcing Survey 2022 notes that evaluating outsourcing vendor performance is a critical component of successful outsourcing relationships. The report suggests several key performance indicators (KPIs) that organizations can use to evaluate vendor performance, including:
Service level agreements (SLAs): SLAs are contractual agreements between the organization and the vendor that define the level of service expected from the vendor. Organizations can use SLAs to measure vendor performance against agreed-upon metrics.
Quality metrics: Quality metrics can include measures such as defect rates, error rates, and customer satisfaction scores. These metrics can help organizations evaluate the quality of work delivered by the vendor.
Cost savings: Cost savings are a common reason for outsourcing, and organizations should track actual cost savings achieved through outsourcing to evaluate vendor performance.
Innovation: Vendors can bring new ideas and innovations to an organization, and organizations should track the number of new ideas generated by vendors as well as their impact on business outcomes.
Relationship management: Strong relationships between organizations and vendors are critical for successful outsourcing relationships. Organizations should track factors such as communication effectiveness, issue resolution timeframes, and overall satisfaction with the relationship.
Overall, these KPIs can help organizations evaluate vendor performance across multiple dimensions and ensure that outsourcing relationships are delivering value to the organization.
How we improve outsourcing vendor performance?
The Deloitte Global Outsourcing Survey 2022 suggests several strategies that organizations can use to improve outsourcing vendor performance:
Clearly define expectations: Organizations should clearly define their expectations for vendor performance and communicate these expectations to the vendor. This can include defining SLAs, quality metrics, and other KPIs that will be used to evaluate vendor performance.
Establish regular communication: Regular communication between the organization and the vendor is critical for building a strong relationship and ensuring that issues are addressed promptly. Organizations should establish regular communication channels with vendors, such as weekly or monthly check-ins.
Invest in vendor management capabilities: Effective vendor management capabilities are critical for successful outsourcing relationships. Organizations should invest in developing their vendor management capabilities, including skills such as contract negotiation, relationship management, and performance monitoring.
Provide feedback: Providing feedback to vendors on their performance can help them improve their services and better meet the organization’s needs. Organizations should provide regular feedback to vendors on their performance, both positive and negative.
Foster innovation: Vendors can bring new ideas and innovations to an organization, but this requires a culture of innovation within the organization as well. Organizations should foster a culture of innovation by encouraging new ideas from both internal and external sources.
Overall, these strategies can help organizations improve outsourcing vendor performance by setting clear expectations, establishing effective communication channels, investing in vendor management capabilities, providing feedback, and fostering innovation. By taking these steps, organizations can build strong outsourcing relationships that deliver value to the organization over time.
How do we measure the cost saving of using outsourcing?
The Deloitte Global Outsourcing Survey 2022 suggests several ways that organizations can measure the cost savings of using outsourcing:
Direct cost savings: Direct cost savings are the most straightforward way to measure the financial impact of outsourcing. Organizations can compare the cost of performing a function in-house versus outsourcing it to a vendor to determine the direct cost savings achieved through outsourcing.
Indirect cost savings: Indirect cost savings can be more difficult to measure but can still have a significant impact on an organization’s bottom line. Indirect cost savings can include factors such as increased productivity, reduced cycle times, and improved quality that result from outsourcing.
Opportunity costs: Opportunity costs refer to the benefits that an organization could have achieved by using its resources for other purposes instead of outsourcing. Organizations should consider opportunity costs when evaluating the financial impact of outsourcing.
The total cost of ownership (TCO): TCO is a comprehensive approach to measuring the total costs associated with performing a function in-house versus outsourcing it to a vendor. TCO includes both direct and indirect costs as well as opportunity costs and other factors such as risk management and compliance.
Overall, these approaches can help organizations measure the financial impact of outsourcing and determine whether it is delivering value to the organization over time. By taking a comprehensive approach to measuring cost savings, organizations can make informed decisions about their outsourcing strategies and optimize their use of outsourcing services.
Conclusion
In conclusion, the Deloitte Global Outsourcing Survey 2022 provides valuable insights into how organizations can optimize their outsourcing relationships. Measuring the financial impact of outsourcing is a critical part of this process, and the survey suggests several approaches for doing so. By carefully measuring the direct and indirect cost savings, along with considering opportunity costs and TCO, organizations can determine whether outsourcing is helping them achieve their business goals and delivering value over time.
The survey also highlights the importance of strong vendor relationships and effective contract management in achieving outsourcing success.
Overall, the survey emphasizes that outsourcing can be a powerful tool for organizations seeking to optimize their operations and achieve strategic goals.
Definition:
TCO stands for Total Cost of Ownership. It is a comprehensive approach to measuring the total costs associated with performing a function in-house versus outsourcing it to a vendor. TCO includes both direct and indirect costs as well as opportunity costs and other factors such as risk management and compliance. By taking a TCO approach, organizations can gain a more complete understanding of the financial impact of outsourcing and make informed decisions about their outsourcing strategies.